ddddddddddddddddddddddddddddddddd

dddddddddddddddddddd

Pembelahan Sel MitosisArsip Blog Biologi SMAIM Pembelahan Sel Mitosis

Blogger news

Photobucket

ddddddddddddddddddddddddd

Blogroll

konten 1
konten 2
konten 3

Selasa, 31 Januari 2012

Pindah Silang (Crossing Over)

Gen-gen yang mengalami
tautan pada satu kromosom tidak selalu bersama-sama pada saat pembentukan gamet
melalui pembelahan meiosis. Gen-gen ini dapat mengalami pindah silang.




Pindah silang adalah
proses pertukaran gen suatu kromatid dengan gen kromatid homolognya atau
peristiwa pertukaran gen antara kromatid non-sister. Pindah silang terjadi pada
pembelahan meiosis, tahap profase I.


Untuk memahami
peristiwa pindah silang perhatikan gambar di bawah ini !

 

Pada gambar terlihat,
terbentuk 4 gamet, yaitu AB, Ab, aB dan ab. AB dan ab disebut gamet parental (KP) sedangkan Ab dan aB
disebut gamet rekombinan (RK).
Pindah silang sering
terjadi pada gen-gen yang kekuatan tautannya lemah. Kekuatan tautan tergantung
pada jarak antara gen-gen yang tertaut. Semakin kuat tautan antar gen semakin
sulit terjadi pindah silang.
Untuk mengetahui ada
tidaknya tautan antara dua gen dapat dilakukan test cross (penyilangan dengan
individu homozigot resesif). Bila dari hasil uji didapat KP  ≥ 50%, sedangkan RK ≤ 50%  maka kedua gen memang bertaut satu dengan
yang lain.




Pada peristiwa pindah silang, besarnya nilai pindah silang adalah ;







Perhatikan beberapa contoh
persilangan berikut ;
1.  Lalat
warna hitam sayap panjang (HhPp) disilangkan dengan lalat warna abu sayap
pendek (hhpp). Hasilnya adalah ; 25% hitam sayap panjang, 25% abu sayap panjang,
25% hitam sayap pendek, 25% abu sayap pendek
Terdapat 50%
keturunan sama dengan induknya (KP) dan 50% keturunan tidak sama dengan
induknya (RK)
Berarti
H dengan P serta h dengan p tidak
bertautan

2.  Lalat
warna hitam sayap panjang (HhPp) disilangkan dengan lalat warna abu sayap
pendek (hhpp). Hasilnya adalah ; 50% hitam sayap panjang, 50% abu sayap pendek
Terdapat
100% keturunan sama dengan induknya (KP) dan 0% keturunan tidak sama dengan
induknya (RK)
Berarti
H dengan P serta h dengan p bertautan

3.  Persilangan
lalat mata merah sayap normal (PpVv) dengan lalat mata ungu sayap keriput
(ppvv) menghasilkan keturunan ; Mata merah sayap normal =382, Mata merah sayap
keriput=16, Mata ungu sayap normal=22, dan Mata ungu sayap keriput=353
Hitung
nilai pindah silangnya !

4.  Jarak
antara gen P dan H adalah 8%. Gen P mengatur sayap panjang dan gen H mengatrur
warna tubuh hitam. Gen p mengatur sayap pendek dan gen h mengatur warna tubuh
abu. Tentukan rasio fenotipe hasil
test cross genotipe PpHh yang mengalami pindah silang !
Catatan : Nilai pindah
silang = jarak antar gen = persentase rekombinan

Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Pada kenyataannya persilangan
tidak selalu menghasilkan perbandingan fenotipe seperti yang dikemukakan oleh
Mendel. Penyimpangan ini terjadi karena beberapa gen saling mempengaruhi dalam
menunjukan fenotipe.
Perbandingan fenotipe
berubah, tetapi prinsip dasar pewarisan sifat tetap sesuai dengan
prinsip-prinsip Mendel.

Penyimpangan semu terhadap
Hukum Mendel dapat terjadi karena ; atavisme, komplementer, polimeri,
epistasis-hipostasis,dan kriptomeri.

1)     Atavisme
Atavisme adalah munculnya
suatu sifat akibat interaksi dari beberapa gen. Hal ini diungkap oleh Bateson
dan Punnet pada bentuk jengger ayam.
Ada empat bentuk jengger
ayam yaitu pea (biji), rose (mawar/gerigi), walnut (sumpel) dan single
(tunggal). Bentuk jengger ayam tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh
interaksi dua gen.
Persilangan ayam
berjengger pea (rrPP) dengan ayam berjengger rose (RRpp) menghasilkan keturunan
(F1) 100% berjengger walnut (RrPp). Persilangan sesama F1 menghasilkan
keturunan (F2) dengan perbandingan fenotipe walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1.
Penyimpangan pada atavisme
bukan pada perbandingan fenotipe, tetapi munculnya
sifat baru
(fenotipe) jengger, yaitu walnut dan single.
Coba Anda buat diagram
persilangannya !

2)     Komplementer
Komplementer adalah
peristiwa dimana dua macam gen yang bukan alelnya harus bekerja sama supaya
dapat terlihat pengaruhnya. Jika salah satu gen tidak ada maka karakter yang
muncul tidak sempurna.
Komplementer dapat dilihat
misalnya pada warna bunga Lathyrus odoratus.
Pada bunga Lathyrus
odoratus
, warna ungu akan muncul jika gen C (menimbulkan bahan mentah pigmen warna) berinteraksi dengan gen P (menumbuhkan enzim yang berperan  mengubah pigmen warna menjadi
antosianin/warna ungu). Alel dari masing-masing gen tersebut adalah c (tidak mampu menimbulkan bahan mentah
pigmen warna) serta p (tidak
menumbuhkan enzim yang berperan  mengubah
pigmen warna menjadi antosianin/warna ungu).
Persilangan Lathyrus
odoratus
berbunga putih (CCpp) dengan Lathyrus odoratus berbunga
putih (ccPP) menghasilkan keturunan (F1) 100% berbunga ungu. Persilangan sesama
F1 menghasilkan keturunan (F2) dengan perbandingan fenotipe ungu : putih = 9 : 7.
Coba Anda buat diagram
persilangannya !

3)     Polimeri
Polimeri adalah gen dengan
banyak sifat beda yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi mempengaruhi bagian yang
sama dari suatu organisme.
Polimeri pertama kali
dikemukakan oleh Nilson-Ehle dalam eksperimennya dengan menyilangkan gandum (Triticum
vulgare
) berwarna merah (M1M1M2M2)
dengan gandum (Triticum vulgare) berwarna putih (m1m1m2m2).
Hasil persilangannya (F1)
adalah 100% gandum berwarna merah. Persilangan sesama F1 menghasilkan keturunan
(F2) dengan perbandingan fenotipe merah : putih = 15 : 1.
Coba Anda buat diagram
persilangannya !

4)     Epistasis-Hipostasis
Pada beberapa kasus
perkawinan dihibrid, trihibrid atau polihibrid, ada gen-gen yang saling
berpengaruh. Gen yang sifatnya mempengaruhi (menutupi) gen lain disebut gen
epistatis, sedangkan gen yang dipengaruhi (ditutupi) disebut gen hipostasis.
Gen yang bersifat
epistasis tidak akan menutupi gen yang menjadi pasangannya, tetapi akan
menutupi gen lain yang bukan pasangannya.


a. Epistasis
Dominan
Pada epistasis dominan,
gen dominan menutupi gen dominan lainnya.
Contoh misalnya pada
persilangan gandum hitam (HHkk) dengan gandum kuning (hhKK). Gen H
mengendalikan warna hitam dan pasangannya h mengatur enzim untuk memunculkan
warna. Gen K mengendalikan warna kuning dan pasangannya k mengatur enzim untuk
memunculkan warna. Gen H epistasis terhadap K.
Hasil persilangannya (F1)
adalah 100% gandum berwarna hitam. Persilangan sesama F1 menghasilkan keturunan
(F2) dengan perbandingan fenotipe hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1.
Coba Anda buat diagram
persilangannya !


b. Epistasis
resesif
Pada epistasis resesif,
gen resesif yang bersifat epistasis menutupi gen dominan yang bukan pasangannya
jika dalam keadaan homozigot.
Contoh misalnya pada
persilangan tikus hitam (CCAA) dengan tikus putih (ccaa). Gen C mengatur
timbulnya warna dan pasangannya c menghambat timbulnya warna (bersifat
epistasis). Gen A mengatur warna hitam dan pasangannya a mengatur warna
abu-abu.
Hasil persilangannya (F1)
saling disilangkan. Persilangan sesama F1 menghasilkan keturunan (F2) dengan
perbandingan fenotipe hitam : abu-abu : putih = 9 : 3 : 4.
Coba Anda buat diagram
persilangannya !

5)     Kriptomeri
Kriptomeri adalah sifat
gen dominan yang tersembunyi, jika gen dominan tersebut berdiri sendiri. Namun,
jika gen dominan tersebut berinteraksi dengan gen dominan lainnya, akan muncul
sifat gen dominan sebelumnya.
Contoh misalnya pada
persilangan Linaria maracana bunga merah (AAbb) dengan Linaria maracana bunga
putih (aaBB). A = pigmen warna antosianin, a = menghambat munculnya pigmen
warna, B = sifat basa pada sitoplasma, b = sifat asam pada sitoplasma.
Hasil persilangannya (F1)
adalah 100% berwarna ungu. Persilangan sesama F1 menghasilkan keturunan (F2)
dengan perbandingan fenotipe ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.
Pada persilangan tersebut,
sifat yang tersembunyi (warna ungu) muncul karena adanya dua gen dominan yang
berinteraksi.
Coba Anda buat
diagram persilangannya !

Rabu, 25 Januari 2012

percobaan

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddfffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrddddddddddddddfffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrdddddddfffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrddddddddddddddddfffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddggggggggggggggggggggggggggggggggggmbnjhlkjgujtyhfgf

Selasa, 24 Januari 2012

Mitosis dan Sitokinesis



Untuk melihat gambar secara utuh klik Tampilan Utuh

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews | Re-Design by DedySmaim